Belajar dari China, Caranya Menjinakkan USA


oleh : Annisa Haqque (mahasiswi Publisistik UGM)






(Belajarlah dari China)
Percuma kalau ada negara di dunia saat ini, termasuk China, kalau mau berhadapan frontal dengan militer AS. Contoh nyata itu Jepang di PD II lalu, itu negara dilumatkan bagai daun dimakan ulat oleh kekuatan militernya. Juga Timur Tengah dengan ’soft intervention’ melalui ‘gerakan demokrasi’ seperti yang melanda Mesir, Tunisia, Aljazair, Yaman, Libya dan Syria.

AS itu akan hancur dengan sendirinya dari dalam, dari internal mereka sendiri. Bukan karena dikalahkan musuhnya. Persis seperti kasus Uni-Sovyet di awal 1980-an dulu. Itu persis dengan kekuatan super power di masa lalu dalam sejarah peradaban manusia selama ini. Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Mongolia (Jengis Khan), Kekaisaran Persia, Inggris-Raya, dan Uni-Sovyet … semua mereka itu akhirnya menjadi bangsa dan negara ‘kerdil’ akibat kerusakan dari internal bangsanya sendiri, bukan akibat dikalahkan musuhnya.

Makanya strategi China sudah pas dalam menghadapi AS. Dia gerogoti dari pinggir-pinggir dulu kekuatan ekonomi AS (dengan merebut pasar-pasar tradisionalnya di Asia, Afrika, dan Amerika Latyin, dan bahkan kini di dalam negeri AS sendiri). Harap diketahui saja, kekuatan kapitalisme AS itu kuncinya ada di Wall Street, ada di Bank-bank, dan di perusahaan MNC-MNC miliknya yang tersebar di seluruh dunia. Kalau anda bisa melemahkan ‘ruh kapitalisme Amerika‘ itu, maka otomatis kekuatan militernya akan melemah. Sebab, militer itu hanya bisa kuat bila di sokong pendanaan yang besar sekali, yang duitnya diambilkan dari dukungan pajak yang di bayarkan oleh pelaku pasar di Wall Street dan perusahaan MNC itu, dan dari dana hasil menjual SUN (obligasi Pemerintah).

Tapi kini kekuatan di Wall Street sudah mulai redub. Kepercayaan orang kaya di dunia pada kertas-kertas saham dan lembaran kertas utang (obligasi) di pasar-pasar seperti Wall Street itu mulai runtuh. Dan keruntuhan Wall Street itu adalah akibat keserakahan pelaku-pelaku pasar di Wall Street sendiri, bukan akibat ulah spekulator dari negara lain. Bank-bank milik AS pun saat ini banyak yang ‘collaps’ atau di ‘take-over’ oleh investor asing akibat terlilit krisis karena kreditnya macet dimana-mana (Citibank itu contohnya, kini sahamnya dikuasai milyarder dari Arab). Yang paling fatal itu, kepercayaan pada US$ dan Euro pun mulai runtuh, kini di seluruh dunia, orang lebih percaya menimbun emas batangan ketimbang menyimpan tumpukan dollar dan euro.

China mengajarkan pada kita, meskipun dunia ini panas oleh peperangan dan ketegangan baru, anda jangan menerjunkan diri menjadi pemain utama dalam pertempuran itu seperti yang dilakukan AS. Atau seperti keterlibatan negara-negara Eropa di perang Irak dan Afghanistan itu (yang pada akhirnya menyeret mereka ke dalam krisis ekonomi pada saat ini). Tapi jangan pula anda lewatkan peluang bisnis yang timbul akibat munculnya peristiwa peperangan yang dilakuan negara-negara Barat itu. Caranya? Jadilah supplier barang untuk bahan keperluan perang di kedua belah pihak yang sedang terlibat pertempuran itu. Jadilah supplier senjata, rudal, RPG, atau ranjau darat. Jadilah supllier sepatu tentara, mantel, jacket, sampai ke iPod yang dibutuhkan tentara yang berperang. Jadilah supplier untuk makanan, seragam tentara, dan bahkan sampai ikat pinggang tentara yang berperang itu.

Kalau Negara yang berperang itu kehabisan dan kekurangan dana, seperti AS itu misalnya, berikan mereka pinjaman baru berapa pun mereka minta …. tapi harus dalam bentuk surat utang negara (jangan surat utang swasta) yang jaminannya pasti dan minta ‘yield’ yang setinggi-tingginya untuk setiap obligasi yang dijual Pemerintah AS setiap terbitnya. Kalau MNC-MNC mereka mulai goyah, begitu pula Bank-bank dan Lembaga keuangannya, boronglah saham-sahamnya (dengan ‘option’ semua asset perusahaan MNC itu boleh dikuasai, termasuk temuan-temuan baru dan rahasia teknologinya). Hal itu penting, karena perusahaan MNC-MNC milik AS itu kaya dengan berbagai royalty dan penemuan-penemuan teknologi maju yang mereka dapatakan dari peroses R & D yang cukup lama. Kalau anda berhasil mengambil alih MNC-MNC milik AS itu, berarti andalah kini penguasa berbagai temuan teknologi milik mereka tadi. Selanjutnya, semua formula itu tinggal di ‘copy paste‘, dan dikembangkan sendiri di negara anda. Itulah ceerdiknya China modern. Banyak dunia Barat hanya tahu kisah taktik perang yang pernah di ajarkan Sun Tzu saja! Padahal, di negeri China itu ada banyak Sun Tzu-SunTzu lainnya, yang belum mereka publikasikan ke dunia. Makanya, belajarlah ke negeri China. Tuntutlah ilmu meskipun itu sampai ke negeri China. Paham?





sumber : www.kompasiana.com

0 Komentar