My Birth Story: USAMAH ABDUL MUHSIN

    Masih lekat dalam ingatanku dua bulan lalu, tepatnya tanggal 6 Oktober 2021. Di Jalan Kenitu Pare, rumah Alodea, klinik persalinan milik bidan ternama yaitu bidan Denik, ku mulai merasakan gelombang cinta yang teratur tiap lima menit sekali. Setelah sebelumnya mulai tanggal 4 Oktober muncul flek darah dan kontraksi-kontraksi palsu. Hingga akhirnya pada sore pukul 4 aku benar-benar merasakan kontraksi intens lalu kuhubungi suamiku untuk segera berangkat ke Pare, karena perjalanan kesana membutuhkan waktu 1 jam. Sedari pagi anak pertamaku, Ammar, kutitipkan ibuku demi kelancaran proses persalinanku.


     Sampai di bidan Denik, beliau mulai memeriksa perutku, semuanya normal mulai dari posisi bayi sampai detak jantungnya. Kemudian mulailah cek VT (vagina touch), aku merasa tegang sehingga aku merasa kesakitan ketika beliau memeriksa. 

     "Bu, rileks ya. Jangan tegang." Begitu ucap beliau. 

   Tapi aku nggak bisa. Tetap kaku dan tegang serta meronta kesakitan. Akhirnya aku bilang ke bidan buat nggak di-VT lagi sampai ketuban pecah sendiri. Sepertinya kelahiran pertama dulu membuatku trauma untuk di-VT kembali. 


   "Sudah bukaan 4 Bu, kira-kira empat sampai enam jam lagi lahirannya."


  Wah, senang bukan main ternyata pembukaan sudah lumayan banyak. Dan menunggu 6 jam lagi, tandanya maksimal jam 11 malam aku sudah lahiran, pikirku optimis. Kubuat jalan-jalan  ke masjid ikut suamiku sholat isya. Kemudian kembali ke kamar yang super homey, ada gymball, tempat tidur empuk, AC serta makanan dan minuman yang telah disediakan. 


     Jam demi jam berlalu, kantuk menyerang seiring kontraksi yang terus datang. Suamiku akhirnya ketiduran. Apalah daya aku yang sedari tadi mengantuk tapi tidak bisa tidur karena sakit kontraksi yang menyakitkan. Sambil kuhitung jumlah kontraksi lewat aplikasi, kemajuan ternyata tidak terlalu signifikan. Sambil terus melihat jam di dinding kamar, aku berusaha aktif bergerak, main gymball, kadang berbaring ke kiri. Sudah melewati jam 11. Jam 12. Tak ada tanda-tanda ingin mengejan. Lelaah rasanya, hampir putus asa. Oya aku juga bolak balik ke kamar mandi untuk pipis. Kamar mandinya di luar, lumayan membuat lelah sih. Dan tentunya kena angin, itu yang membuatku mual muntah. Kuminta suami untuk mengeroki punggungku. Ternyata memang masuk angin. Rasanya aku dah nggak kuat lagi.


    Hingga akhirnya ada yang mengetuk pintu, asisten bidan akhirnya mengecek pembukaanku pukul 1 dini hari. Ternyata masih pembukaan 6. Semakin droplah aku. Tapi suamiku menguatkanku. Gelombang cinta semakin intens, kupeluk suamiku erat-erat untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian jam 5 bidan Denik datang, beliau cek VT lagi. Katanya sudah bukaan 8. Sakiit sekali.

   "Nanti 1 jam lagi kalo belum pecah ketuban saya pecahin ya Bu."


     Semakin kumerasakan kontraksi yang hebat. Tapi aku malah lemah dan lapar sekali. Akhirnya suamiku izin untuk beli cemilan di luar. Saat sendirian di ruang bersalin, aku mengejan yang tak tertahankan sampai pecah ketubanku. Aku menjerit dan para bidan segera datang. Aku diminta naik ke ranjang. Semua mempersiapkan diri. Suamiku datang membawa bakpo, disuruhnya aku memakan bakpo supaya kuat mengejan. Posisi telentang setengah duduk. Aku merasa lemas dan tak ada tenaga untuk mengejan. Kuputuskan memilih posisi menungging sambil memeluk peanut ball. Ternyata tak mudah ya Allah mengejan itu. Bolak balik kuberusaha mengejan, sang jabang bayi tak juga keluar. Sampai aku ingin menyerah saja. Tapi bidan tetap memberi semangat. Di sela-sela mengejan kumakan bakpo dan air madu untuk menguatkan sisa tenaga. Daan..." Itu bu, kelihatan rambut adek, ayok bentar lagi bu."


      Weeeek....oweeekkk.


     Bayi laki-laki lahir dengan selamat dan sehat.


    Aku lega, tapi aku nggak bisa senyum, nggak bisa nangis. Saking lelahnya. Malah makan bakpo. Haha. Sampai bidannya bilang,"Bu bayinya itu lho dipegang, kok pegang bakponya aja." 


      Akhirnya sambil IMD aku dijahit karena robek dikit dan benerin jahitan lama yang jelek kata bidannya.


     Baby boy keduaku lahir dengan berat 3,1 kg dan panjang 50 cm. Aku memuji Allah atas segala karuniaNya. 



Adek Uca







0 Komentar