Awas !!!!!






Awasss!!!! saat buang hajat :D !!!!!!!

Inilah sebuah kenikmatan yang mahal,

coba bayangkan jika Anda sulit melakukannya???
berapa rupiahkah yang harus Anda bayar, serta waktu Anda yang terbuang dalam masa penyembuhan, serta sel-sel dalam diri Anda dalam menahan sakit???

sebuah kenikmatan menyebabkan kelupaan sesaat.. memang mampu membutakan mata dan menumpulkan logika..

Namun apa salahnya kita belajar mengenai batas-batas dan tata mainnya, sehingga kenikmatan tersebut tidak membutakan mata dan menumpulkan logika bahkan mampu membuat kenikmatan lainnya datang layaknya malam yang ditemani angin malam yang semilir mengalir....

Anas bin Malik -radhiallahu anhu- berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
“Jika Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- hendak masuk ke dalam WC, maka beliau berdo’a: [ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHABA`ITS (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan)].” (HR. Al-Bukhari no. 242 dan Muslim no. 375)


Dari Abu Ayyub Al-Anshari  dia berkata: Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا قَالَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى
“Jika kalian mendatangi tempat buang air maka janganlah kalian menghadap ke arah kiblat dan jangan pula membelakanginya. Akan tetapi menghadaplah ke timurnya atau ke baratnya.” Abu Ayyub berkata, “Ketika kami datang ke Syam, kami dapati WC rumah-rumah di sana dibangun menghadap kiblat. Maka kami beralih darinya (kiblat) dan kami memohon ampun kepada Allah Ta’ala.” (HR. Al-Bukhari no. 245 dan Muslim no. 264)

 Sabda beliau, “Akan tetapi menghadaplah ke timurnya atau ke baratnya,” berlaku bagi negeri-negeri yang kiblatnya di utara atau di selatan. Adapun bagi yang kiblatnya di timur atau di barat (seperti Indonesia) maka dia dianjurkan menghadap ke utara atau ke selatan.
Dari Abdullah bin Umar -radhiallahu anhu- dia berkata:
ارْتَقَيْتُ فَوْقَ ظَهْرِ بَيْتِ حَفْصَةَ لِبَعْضِ حَاجَتِي فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْضِي حَاجَتَهُ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ مُسْتَقْبِلَ الشَّأْمِ
“Aku pernah naik di rumah Hafshah untuk mengerjakan sesuatu. Maka (tanpa sengaja) aku melihat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- buang hajat membelakangi kiblat menghadap Syam.” (HR. Al-Bukhari no. 246 dan Muslim no. 266)

 ada yang wajib hukumnya dan sebagian lagi ada yang sunnah, dan di antara tuntunan-tuntunan tersebut adalah:
a.    Disunnahkan untuk berlindung kepada Allah dengan dari gangguan setan sebelum memasuki tempat buang air, sebagaimana dalam hadits Anas di atas.
Mayoritas ulama menyatakan bahwa doa perlindungan ini dibaca sebelum masuk wc atau ketika akan menyingkap auratnya ketika dia buang air di tempat terbuka (di luar bangunan)
b.    Tidak ada yang shahih dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- dalam hal zikir keluar wc. Silakan baca pembahasannya di sini: http://al-atsariyyah.com/?p=374
c.    Adapun dalam masalah hukum menghadap dan membelakangi kiblat dalam buang air besar dan kecil, maka ada tujuh pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Pendapat yang paling tepat dalam masalah ini -wallahu a’lam- adalah pendapat yang menyatakan: Makruhnya menghadap dan membelakangi kiblat dalam buang air besar dan kecil. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad, dan Abu Tsaur.
Dalil dari pendapat ini adalah mengompromikan dalil-dalil pihak yang membolehkan secara mutlak dan dalil-dalil pihak yang melarang secara mutlak. Di antara dalil yang melarang secara mutlak adalah hadits Abu Ayyub di atas, sementara di antara dalil yang membolehkan secara mutlak adalah hadits Ibnu Umar di atas dan juga hadits Jabir bin Abdillah dimana beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ نَهَانَا عَنْ أَنْ نَسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةَ أَوْ نَسْتَقْبِلَهَا بِفُرُوجِنَا إِذَا أَهْرَقْنَا الْمَاءَ قَالَ ثُمَّ رَأَيْتُهُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِعَامٍ يَبُولُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang membelakangi kiblat atau menghadapnya dengan kemaluan kami, ketika kami mengucurkan air (kencing). Namun di kemudian hari saya melihat beliau -shallallahu ‘alaihi wasallam- setahun sebelum wafatnya kencing menghadap kiblat.” (HR. Ahmad: 3/360)
Mereka menyatakan: Dalil yang menyatakan Nabi -alaihishshalatu wassalam- menghadap dan membelakangi kiblat menunjukkan bolehnya hal tersebut, sementara dalil yang melarangnya menunjukkan perbuatan itu makruh.

Adapun ucapan Ibnu Umar dalam riwayat Abu Daud no. 114, “Sesungguhnya hal itu (menghadap dan membelakangi kiblat) hanya dilarang jika buang airnya di ruangan terbuka. Akan tetapi jika ada sesuatu yang menghalangimu dengan kiblat maka hal tersebut tidak mengapa.”
Maka sanad ucapan beliau ini lemah, sebagaimana bisa dilihat penjelasannya di sini: http://al-atsariyyah.com/?p=1784
Kalaupun dianggap shahih, maka ini hanyalah pemahaman dari beliau -radhiallahu anhu-. Dan pemahaman beliau ini telah diselisihi oleh Abu Ayyub yang memahami larangan itu berlaku mutlak baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal itu karena Abu Ayyub tetap berpaling dari arah ka’bah ketika buang air bahkan beliau beristighfar, padahal ketika itu beliau buang air di dalam bangunan, sebagaimana hadits di atas.

Sungguh indah sebuah kenikmatan beragama,, dimana kita dalam lintasan saat pelombaan rancing sehingga pasti kita sampai ditujuan yang ingin kita capai.... 
semoga ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan teman-teman lainnya....

0 Komentar